Senin, 13 Juli 2015

19 Keistimewaan Wanita Menurut Hadits (ISLAM


19 Keistimewaan Wanita Menurut Hadits (ISLAM)
1. Doa wanita itu lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda, "Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
2. Wanita yang salehah (baik) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang saleh.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang senantiasa menangis karena takut akan Allah. Dan orang yang takut akan Allah SWT akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah saw di dalam surga).
5. Barangsiapa membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya) maka pahalanya seperti melakukan amalan bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki.
6. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.
7. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak�perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan�mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta sikap bertanggungjawab, maka baginya adalah surga.
8. Apabila memanggil akan dirimu dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu terlebih dahulu.
9. Daripada Aisyah r.a. berkata, "Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka."
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutuplah pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana saja pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat pada suaminya, maka semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suaminya serta menjaga salat dan puasanya.
12. Aisyah r.a berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya�terhadap wanita?" Jawab Rasulullah SAW "Suaminya." "Siapa pula berhak terhadap lelaki?"�Jawab Rasulullah SAW, "Ibunya."
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta kepada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dikehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia ke dalam surga terlebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman seorang ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

Kamis, 02 Juli 2015

Abu Nawas dan telur unta untuk obat Raja

Pada suatu hari, Baginda Harun al Rasyid merasakan sakit di seluruh anggota badannya. Untuk berjalan terasa berat hingga akhirnya ia memanggil tabib istana untuk mengobatinya, tapi ternyata hasilnya nihil. Lantaran tabib istana hingga tabib se-Kota Bagdad tak bisa mengobati, akhirnya ia membuat sayembara untuk para tabib agar bisa menyembuhkan penyakitnya. Barang siapa yang bisa mengobati penyakit Harun Al Rasyid akan diberi hadiah uang emas yang banyak.

Sayembara tersebut pun menyebar. Banyak para tabib yang akhirnya ambil bagian mengadu nasib untuk mengobati bagianda raja. Abu Nawas yang mendengar sayembara itu pun tertarik untuk mencobanya. Padahal ia sama sekali tak mempunyai kemampuan mengobati.

Hari yang ditunggu pun tiba. Abu Nawas menghadap Sultan untuk mencoba mengobatinya. "Hai Abu Nawas, rupanya engkau ikut pula dalam sayembara yang kuadakan ini!" kata Sultan.
"Benar, baginda," kata Abu Nawas.
"Apa kamu bisa mengobati penyakitku ini?" tanya Harun al Rasyid.
"Hamba akan mencobanya baginda. Hamba akan mencoba menerapkan cara-cara yang belum pernah dilakukan oleh tabib lainnya," jawab Abu Nawas meyakinkan.

Abu Nawas kemudian meminta baginda Harun al Rasyid untuk menerangkan penyakit apa yang diderita agar Abu Nawas bisa memberikan tindak lanjut. Baginda Harun al Rasyid pun menerangkan jika tubuhnya terasa nyeri, tangan dan kakinya terasa pegal-pegal. Setelah memeriksa, Abu Nawas tak langsung mengobati, ia meminta waktu 2 hari kepada baginda Harun al Rasyid untuk meramu resep obat terbaik.

Di bawah pohon yang rindang, ia terus berpikir resep untuk sang baginda. Maklum saja, ia bukan tabib sehingga ia pun bingung harus memberikan resep apa. Sambil duduk dan berpikir, dari kejauhan ia melihat seorang kakek tua yang masih sibuk sendirian memetik buah-buahan di kebun kurma. Abu Nawas yang heran langsung mendekati kakek tersebut.

Setelah bercakap-cakap dengan kakek tersebut, Abu Nawas mendapat jawaban jika kakek tersebut menjadikan aktivitas memetik buah sebagai kesibukan. Jika tak ada kesibukan, kakek tersebut malah merasa badannya pegal-pegal. Dari pertemuan itu, Abu Nawas menemukan penyebab sakitnya Harun al Rasyid.

Esok harinya, Abu Nawas menghadap baginda Harun al Rasyid. "Hai Abu Nawas, belum dua hari kau sudah menghadapku, mana obat untukku?" tanya Baginda Harun al Rasyid.
"Maaf hamba, baginda. Kali ini hamba datang belum membawa obat yang dapat baginda minum, sebab obat yang bisa sembuhkan baginda hanya telur unta. Baginda harus cari telur itu sendiri karena jika tak dicari sendiri, maka khasiatnya akan hilang," terang Abu Nawas.
"Kalau itu yang kau sarankan, baiklah aku akan segera mencarinya," jawab baginda.

Dengan sekuat tenaga Harun al Rasyid mencoba mencari telur unta di pasar. Para pedagang pun terheran. Bukankan unta itu beranak, bukan bertelur? Tapi mereka tak berani mengatakan hal itu sebab yang mencari baginda Raja. Setelah berkeliling kota dan tak menemukan satu pun penjual telur unta, Harun al Rasyid bertemu nenek tua yang menjelaskan jika unta tak bertelur tapi beranak. Ia lantas sadar jika ia baru dibohongi oleh Abu Nawas.

Sampai di kediaman, baginda Harun al Rasyid merasa kelelahan setelah perjuangan panjang mencari telur unta dengan berjalan. Ia pun akhirnya tertidur pulas karena capek yang diderita.
Esok harinya ia tampak segar bugar dan anehnya sakit yang diderita hilang. Ia lalu menyuruh para pengawal untuk meminta Abu Nawas menghadapnya. Tak lama kemudian Abu Nawas menghadap.
"Bagaimana baginda, apakah baginda telah menemukan telur unta yang hamba anjurkan?" tanya Abu Nawas setelah memberikan salam kedatangan.
"Rupanya engkau telah mempermainkanku, ya?" jawab bagianda dengan marah.
"Apa yang baginda maksud?"
"Engkau menyuruhku mencari telur unta, padahal unta tak bertelur, melainkan beranak," terang Bagianda Harun al Rasyid.

Abu Nawas kemudian menceritakan pertemuannya dengan kakek tua itu hingga memperoleh hikmah jika anggota badan yang tak pernah digerakkan akan membuat orang sakit. Pengalaman itulah yang ingin diterapkan Abu Nawas kepada bagindanya supaya ia tak hanya memerintah tetapi juga bergerak.

"Tentu saja baginda tidak akan menemukan telur unta, sebab tidak akan mungkin ada unta yang bertelur. Tapi bukankan baginda sekarang sudah merasa lebih enakan?" tanya Abu Nawas setelah memberikan penjelasan.
"Benar...! Apa yang kau katakan itu benar Abu Nawas," jawab Baginda yang tak lagi marah mendengar jawaban Abu Nawas. "Bahkan aku semalaman dapat tidur dengan pulas sekali."
"Kalau begitu, betul jika ada pepatah yang mengatakan, 'tidak ada kelezatan kecuali setelah kepayahan',"sahut Abu Nawas.

Mendengar hal itu, Harun al Rasyid pun tertawa dan geleng-geleng kepala atas kecerdikan Abu Nawas. Kisah ini diceritakan dalam karangan Abu Nawas dan Telur Unta karya Imam Musbikin.

Senin, 22 Juni 2015

PELAJARAN BERHARGA DARI SANG GURU



Suatu hari saya bertanya pada seorang guru bijak,

"Mengapa ya kita tinggal di negara yang sama, mengalami kasus-kasus yang sama, tapi ada orang yang terlihat selalu stress, marah dan tersinggung tapi ada orang yang selalu tampak ceria dan bahagia ?"

Dengan lembut sang guru bijak, menatap saya;

"Nak, respon seseorang itu tidak tergantung pada apa yang dialaminya dalam hidup ini, melainkan tergantung pada cara berpikirnya sendiri."

"Bagi orang yang selalu berpikir negatif maka ia akan selalu menanggapi masalah ini dengan stress, marah dan tersinggung, dan akhirnya hidupnya menjadi orang stress dan penuh masalah."

"Tapi bagi orang yang selalu berpikir positif maka ia akan selalu menaggapi masalah ini sebagai pelajaran hidup, agar bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. dan akhirnya ia selalu mendapat manfaat bahkan dari kejadian yang buruk sekalipun."

"Akhirnya ia akan hidup menjadi orang yang selalu bahagia dan terhindar dari berbagai macam masalah."

"Jadi itulah yang menjadi penyebab, meskipun kita tinggal di negara yang sama dan menghadapi masalah2 yang hampir sama, tapi tiap-tiap orang akan mengalami hal yang berbeda sesuai reaksinya masing-masing."

Lalu saya bertanya lagi,
"mengapa reaksi pikiran orang itu bisa berbeda-beda terhadap masalah yang sama ?"

Dengan lembut sang guru bijak menjawab:

"Oh itu karena kita semua ini adalah VICTIM OF A VICTIM "
(korban dari korban sebelumnya)

"Apa itu maksudnya guru?", tanya saya lagi:

Dengan tatapan lembut, beliau menjawab:

"Kita menjadi sebuah korban pendidikan dan pola asuh yang selalu melihat masalah dari sisi negatifnya, ini dulu tanamkan oleh orang tua kita, dan orang tua kita dulu juga sebenarnya punya berpikir negatif yang sama karena di tanamkan oleh orang tuanya lagi dan begitu seterusnya."

"Itulah yang disebut sebagai rantai korban pola asuh dengan cara berpikir yang salah yang telah banyak menghinggapi orang-orang dinegeri ini."

"Nah, jika kita mau kita sebenarnya bisa memutus mata rantai tersebut, ya melalui kita sendiri, dengan cara mengubah yang selama ini selalu berpikir negatif, maka cobalah ganti untuk belajar melihat sisi manfaat dan pelajaran dari sebuah masalah."

"Jika tidak maka inilah yang kelak akan di wariskan kembali pada anak-anak kita dan generasi berikutnya."

"Jika kita sudah sadar bahwa kita adalah korban dan menjadi korban berantai dari orang sebelumnya akankah kita menjadikan anak-anak kita korban berikutnya dari cara berpikir kita yang selalu negatif ini ?"

"Nah itu semua terpulang padamu sebagai orang tua, tapi ingatlah potret dunia yang sekarang kamu lihat ini adalah hasil dari cara berpikir masyarakatnya dalam melihat masalah."

"Jadi jika kamu tidak suka dengan potret negaramu yang sekarang ini maka mulailah mengubah segalanya mulai dari dirimu sendiri dan keluargamu, agar kelak semakin banyak orang yang melakukannya maka InsyaAllah potret negeri ini akan berubah menjadi jauh lebih baik."

Selasa, 26 Mei 2015

Jangan Katakan Seandainya


Jika Tidak Mendapatkan Sesuatu Sesuai yang Diinginkan, Janganlah Katakan: “Seandainya Aku Lakukan Demikian dan Demikian, pasti …”


Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berfiman:

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21)
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yg Dia kehendaki.”(QS. Huud: 107)

“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Insan: 30)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 216)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Mukmin yg kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yg lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.
Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.
Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’' Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithan”. (HR. Muslim)

Rabu, 08 April 2015

Kebiasaan Orang Sukses



Apa sebenarnya kebiasaan orang – orang sukses itu yang bisa kita contoh dan kita jadikan panutan? 

Berikut ini diantaranya :

1. Selalu berfikir SMART
Setiap orang sukses adalah orang yang objektif. Selalu berfikir untuk global dan memberikan untuk orang banyak. Orang sukses selalu berfikir SMART. Bukan hanya sekedar pintar, tapi ini SMART yang lain.
Spesific: Dalam mencapai sebuah kesuksesan, kita memang harus menentukan sebuah target. Target yang kita tentukan harus jelas, dan jangan sampai kita melakukan yang melebihi target yang sudah kita tentukan. Target yang kita miliki memang harus dibuat spesifik. Lebih mudah untuk mencapai kesuksesan dengan target yang spesifik daripada target yang sangat umum.
Measurable: Target yang Anda buat bukan hanya harus spesifik, tetapi juga harus dapat diukur secara logis untuk mengetahui proses dari target yang ingin dicapai. Buatlah pertanyaan sederhana, seperti berapa banyak dan berapa lama target Anda akan tercapai?
Attainable: Rencana memang bisa seluas apapun, tetapi rencana sebuah usaha atau bisnis harus dibuat serealistis mungkin dan benar - benar mungkin dan mudah untuk kita capai.
Relevant: Target yang dibuat usahakan memang mampu dan sesuai dengan diri Anda.
Timely: Penggunaan waktu dalam pencapaian target sangat penting. Kita memang butuh untuk selalu mengatur dan menilai waktu yang kita gunakan sendiri. Dengan begitu kita akan mampu untuk menyelesaikan setiap target sebelum tenggang waktu yang disediakan.

2. Selalu tegas dan cekatan
Tegas dan cekatan, bukan hanya milik pasukan militer saja. Seorang yang sukses akan selalu bertindak tegas dan cekatan. Namun tetap diiringi dengan pemikiran yang matang dalam setiap langkah yang diambilnya. Jangan biarkan waktu dan sifat negatif seperti malas meracuni pikiran sehingga membuat kita tidak fokus. Pacu diri untuk menjadi lebih tegas dan cekatan dalam bertindak, tetapi dengan selalu memperhitungkan baik dan buruk setiap keputusan.

3. Fokus untuk produktif, bukan menjadi sibuk 
Orang sukses bukanlah orang yang sibuk atau sok sibuk. Ini bukan berarti juga orang sukses tidak memiliki banyak pekerjaan sehingga tidak disebut orang sukses. Namun kesuksesan disini digambarkan dengan sebuah tindakan atau sikap yang produktif. Orang sukses selalu berusaha menjadi lebih produktif dari biasanya. Selalu berusaha mencari cara agar setiap target yang dibuat mampu tercapai tepat waktu dan dengan hasil yang maksimal. Ini berarti orang sukses adalah menjadi lebih produktif bukan menjadi lebih sibuk.

4. Membuat keputusan yang logis dan positif
Membuat sebuah keputusan memang bukan hanya harus dibuat oleh seorang pemimpin. Seorang yang sukses juga harus mampu membuat sebuah keputusan yang logis dan tentu saja positif untuk target kerja yang dibuat. Ini akan menentukan berhasil tidaknya pekerjaan yang kita lakukan.

5. Tidak menuntut kesempurnaan
Orang yang sukses akan terus bekerja dan berusaha memperbaiki setiap kesalahan. Bukan hanya menuntut untuk menjadi lebih sempurna atau selalu sempurna. Tetapi bahkan jauh lebih baik dari itu, yaitu selalu menghasilkan yang terbaik dan dengan berbagai perbaikan dan pengembangan di berbagai aspeknya.

6. Keluar dari zona nyaman
Jika kita nyaman dalam suatu pekerjaan dan kondisi, itu artinya kita sudah menemukan dimana titik zona nyaman kita.Tetapi ada kalanya bertahan di suatu tempat yang nyaman akan membuat tidak nyaman melakukan pekerjaan. Bisa saja kita bosan dan malas melakukan hal - hal yang itu - itu saja. Cobalah untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini kita miliki. Cobalah melihat dan menjalani sesuatu yang benar - benar baru untuk diri kita. Ini akan membuat kita bertemu dengan pengalaman - pengalaman baru yang menyenangkan.

7. Berfikir lebih sederhana
Sukses bukan mengharuskan kita selalu berfikir lebih pintardan lebih rumit dari orang lain. Berfikir lebih sederhana akan jauh lebih membuat kita nyaman dan mengerjakan sesuatu dengan lebih mudah. Cobalah untuk berfikir lebih sederhana dari setiap masalah yang kita hadapi. Cari setiap celah untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih mudah dan nyaman kita lakukan.

8. Melakukan pengembangan tanpa henti
Apalagi yang harus dilakukan selain terus dan terus belajar memperbaiki kesalahan dan mengembangkan yang sudah ada. Lakukanlah pengembangan kepada setiap apa yang sudah kita miliki saat ini. Dengan begitu kita akan belajar dan tahu apa saja yang baru dan bisa kita tambahkan pada pekerjaan yang sedang dikerjakan. Jangan batasi setiap pengembangan dan perbaikan pekerjaan yang kita lakukan.

9. Mengukur dan melihat proses dari target
Melakukan dan mengembangkan pekerjaan tanpa melihat proses tentu tidak akan menjadi sesuatu yang berharga di kemudian hari. Orang – orang sukses itu selalu mengevaluasi apapun yang telah mereka lakukan. Ini akan menjadi bahan untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Coba kita ukur apa yang sudah kita lakukan dan belum kita lakukan. Ini akan membantu kita dalam belajar dan bekerja mencapai target lebih baik dari sebelumnya.

10. Belajar dari kesalahan
Ini yang terpenting, belajar dari kesalahan. Setiap orang sukses tidak ada yang tidak pernah gagal. Mereka pasti
mengalami kegagalan, sekalipun itu hanya masalah rencana. Setiap kesalahan yang menimbulkan kegagalan adalah hal yang wajar dan harus kita pelajari, agar mampu memperbaikinya dikemudian hari. Jadikanlah setiap kegagalan sebagai jembatan kita menuju kesuksesan.

11. Menghabiskan waktu dengan orang - orang yang tepat
Berkolaborasi dan menjalin relasi sebanyak mungkin adalah yang kita butuhkan. Seperti halnya orang sukses diluar sana yang bisa dipastikan memiliki banyak relasi atau rekan untuk berkolaborasi menciptakan sesuatu yang tepat dan terbaik. Bisa dimulai dari saling memperkenalkan diri dengan orang lain di setiap acara yang dihadiri. Hingga menjalin kerjasama dengan mereka. Berbincang - bincang secara sederhana juga butuh kita lakukan, karena kita tidak akan mampu bekerja sendiri mensukseskan bisnis yang kita miliki.

12. Menyeimbangkan kehidupan mereka
Kebiasaan orang - orang sukses yang terakhir dan sulit untuk dilakukan adalah menyeimbangkan kehidupan mereka. Tidak sedikit dari mereka yang terlalu sibuk pada satu sisi dari aspek dikehidupan mereka. Pekerjaan, keluarga, teman, dan kehidupan pribadi haruslah terjalin secara seimbang. Ini akan menentukan baik buruknya kinerja kita dalam mencapai target. Semua yang kita lakukan harus dilakukan secara baik dan seimbang. Jangan biarkan salah satu terlalu mendominasi, sehingga akan berpengaruh buruk pada yang lainnya.

Mari belajar bersama untuk mencapai sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sukses tidak hanya dinilai dengan uang, barang ataupun jabatan, tapi diri kita pribadi yang mampu menilai seperti apa sukses itu...

Rabu, 25 Maret 2015

Kunci Menuju Kebahagiaan


Selamat tinggal kesedihan...
Selamat tinggal kecemasan...
Selamat tinggal ketakutan...
Selamat datang kebahagiaan...!!!!

Ada 30 resep yang anda harus resapi dalam fikiran dan hati anda. Inshaa Allah, Allah akan mendatangkan kebahagiaan.
1. Sadarilah bahwa jika anda tidak hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka terpecahlah pikiran anda, akan kacau semua urusan, dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri anda. Sabda Rasulullah SAW: "Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore, dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi.
2. Lupakankah masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat merupakan kebodohan dan kegilaan.
3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.
4. Jangan mudah tergoncang oleh kritikan, jadilah orang yang teguh pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri anda setara dengan kritikan tersebut.
5. Beriman kepada Allah, dan beramal saleh adalah kehidupan yang baik dan bahagia.
6. Barang siapa menginginkan ketenangan, keteduhan dan kesenangan, maka dia harus berdzikir kepada Allah.
7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan ketentuan qadha dan qadar.
8. Jangan menunggu ucapan terima kasih dari orang lain.
9. Persiapkan diri anda untuk menerima kemungkina terburuk.
10. Kemungkinan yang terjadi itu ada baiknya untuk diri anda.
11. Semua qadha bagi seorang muslim baik adanya.
12. Berfikirlah tentang nikmat, bersyukurlah.
13. Anda dengan semua yang ada pada diri anda, anda sudah lebih banyak memiliki dibanding yang dimiliki orang lain.
14. Yakinlah dari waktu ke waktu selalu ada jalan keluar.
15. Yakinlah dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.
16. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.
17. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
18. Jangan pernah hancur hanya karena masalah yang sepele.
19. Sesungguhnya Allah itu Maha Luas ampunanNya.
20. Jangan marah, jangan marah, jangan marah....!!!
21. Kehidupan ini tak lebih hanya sekedar makanan, minuman dan bayangan. Maka, tak usah bersedih jika semua itu ada.
22. Dan di langit terdapat sebab-sebab rizkimu dan terdapat pula apa yang dijanjikan kepadamu (Adz-Dzariyat:22)
23. Kebanyakan dari apa yang anda takutkan tidak pernah terjadi.
24. Pada orang-orang yang tertimpa musibah itu ada suri tauladan.
25. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan atas mereka.
26. Ulangilah doa-doa untuk menghapuskan bencana.
27. Anda harus melakukan perbuatan yang baik dan membuahkan, dan tinggalkanlah kekosongan.
28. Tinggalkanlah semua desas-desus, dan jangan percaya kepada kabar burung.
29. Kedengkian dan keinginan anda yang kuat untuk membalas dendam itu akan membahayakan kesehatan anda sendiri. Lebih besar daripada bahaya yang akan menimpa pihak lawan.
30. Semua musibah yang menimpa diri anda adalah penghapus semua dosa-dosa.

Alhamdulillah.... Selamat Berbahagia.

Selasa, 24 Maret 2015

Siapakah Orang Kuat Itu?



BANYAK yang menilai bahwa orang yang kuat itu adalah mereka yang memiliki keperkasaan fisik, berbadan tegap, menguasai keterampilan bela diri, dan tidak bisa tertandingi. Kalau hal tersebut dikatakan benar, maka pegulat, petinju dan sejenisnya akan dinobatkan sebagai manusia kuat.
Rasulullah SAW bersabda, “Orang kuat bukanlah yang bisa menjatuhkan lawannya di area gulat. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan diri (mengontrol hawa nafsunya).” Itu artinya, kekuatan tidak selamanya diukur dari kemampuan mempertahankan diri, tapi bagaimana kita bisa mengendalikan emosi dan rasa marah.
Ali bin Abi Thalib, sahabat dan menantu Rasulullah SAW, adalaj seseorang yang mengamalkan ajaran ini dengan baik. Di sebuah arena perang tanding, ia memerangi pertarungan sampai membuat lawannya tersungkur. Ketika ia hendak mengayunkan pedangnya, tiba-tiba sang seteru meludahi mukanya, sehingga emosi Ali meledak dan dirinya kian terpacu untuk segera menghabisi sang musuh. Tetapi ia kemudian mengucap istighfar dan urung menebaskan pedangnya, ia pergi meninggalkan musuhnya. Ketika para pengikutnya bertanya tentang tindakan-tindakannya yang aneh itu, dia menjawab, “Aku tak mau memerangi musuhku karena disulut nafsu amarah.”
Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku sayang dan lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu..” (QS. Ali Imran ayat 159).
Untuk menjadi orang yang kuat sangat ditentukan sejauh mana kita dapat mengendalikan emosi, menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tercela. Orang yang kuat selalu bersikap menghormati, menghargai apapun yang telah dia terima atau dapatkan. Karena selayaknyalah kita selalu membalas kebajikan orang lain  dengan kebajikan juga. Bahkan sebaliknya balasan yang kita berikan harus lebih dari apa yang diberikan orang lain kepada kita.

Sumber: Jangan Putus Asa/karya: Masyhuril Khamis/penerbit: Republika

Kamis, 19 Maret 2015

Kisah Daun Dan Ulat


Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

“Apa kabar daun hijau!!!” katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang.

“Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?” tanya daun hijau.

“Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?” kata ulat kecil.

“Tentu … tentu … mendekatlah ke mari.”

Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah

Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai “hati” bagi sesamanya.

Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong.

Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah..

Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban.

Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa dilakukan. Jangan lupa bahwa kita pernah menerima pengorbanan yang tiada taranya dari orang lain yang mungkin tidak kita sadari hingga kita bisa diselamatkan seperti sekarang ini.

Selasa, 10 Maret 2015

Kesabaran Pasti Akan Berbuah Manis


Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan. Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”.

Pak tani itu hanya diam dan tersenyum. Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni “koleksi” kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Dengan tenang Pak tani hanya menjawab dengan senyuman. Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani menjawab, “Malang atau beruntungkah aku, Aku tidak tahu” Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Lagi-lagi dengan nada rendah hati Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung, Aku tidak tahu”

Kisah di atas mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang di skenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan”. Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan label-label “beruntung”, “sial” dan sebagainya.

Karena siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa–apa yang terjadi hari ini, kejadian–kejadian PHK, Paket Hengkang, Mutasi tugas dan apapun namanya yang selama ini kita sebut dengan “kesialan”, “musibah ”, dll. Karena sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.

“Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.”

Hal semacam ini juga sering terjadi pada diri kita jika kita mau memperhatikannya. Pertanyaannya, Apakah Anda sekarang mengalami Keberuntungan Atau Kemalangan?

Tapi ada pelajaran dalam Al Quran siapa yg beruntung itu :
"sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (91:9-10)

Dan kesabaran pasti berbuah manis... :)

Rabu, 04 Maret 2015

Khos Lilmutazawijin


Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Amin sampai di depan rumahnya. Hari ini ia pulang terlambat karena ada pekerjaan yang harus ia tuntaskan malam ini juga.
Rumahnya tampak sudah sepi dan terkunci rapat. Lampu di ruang tamu juga sudah dimatikan. Pertanda penghuninya sudah istirahat malam. Tidak ingin mengganggu siapapun, Amin turun dari mobil dan segera membuka pintu pagar. Ia selalu membawa kunci pintu pagar dan juga kunci pintu rumah ketika bepergian. Bunyi pagar berderit ketika didorong. Perlahan ia masukkan kendaraan, dan kembali mengunci pintu pagarnya. Tak lama kemudian ia membuka pintu rumah.
“Assalaamu’alaikum…!” Ucapnya lirih saat memasuki rumah. Tak ada orang yang menjawab salamnya. Ia tahu istri dan anak-anaknya pasti sudah tidur. Biar malaikat yang menjawab salamku,” begitu pikirnya. Melewati ruang tamu yang temaram, dia menuju ruang kerjanya. Diletakkannya tas, ponsel dan kunci-kunci di meja kerja. Setelah itu, barulah ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Sejauh ini, tidak ada satu orang pun anggota keluarga yang terbangun. Rupanya semua tertidur pulas. Segera ia beranjak menuju kamar tidur. Pelan-pelan dibukanya pintu kamar, ia tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Benar saja istrinya tidak terbangun, tidak menyadari kehadirannya. Kemudian Amin duduk di pinggir tempat tidur. Dipandanginya dalam-dalam wajah Aminah, istrinya.
Amin segera teringat perkataan almarhum kakeknya, dulu sebelum dia menikah. Kakeknya mengatakan, “Jika kamu sudah menikah nanti, jangan berharap kamu punya istri yang sama persis dengan maumu. Karena kamupun juga tidak sama persis dengan maunya. Jangan pula berharap mempunyai istri yang punya karakter sama seperti dirimu. Karena suami istri adalah dua orang yang berbeda. Bukan untuk disamakan tapi untuk saling melengkapi. Jika suatu saat ada yang tidak berkenan di hatimu, atau kamu merasa jengkel, marah, dan perasaan tidak enak yang lainnya, maka lihatlah ketika istrimu tidur.”
“Kenapa Kek, kok waktu dia tidur?” tanya Amin kala itu.
“Nanti kamu akan tahu sendiri,” jawab kakeknya singkat.
Waktu itu, Amin tidak sepenuhnya memahami maksud kakeknya, tapi ia tidak bertanya lebih lanjut, karena kakeknya sudah mengisyaratkan untuk membuktikannya sendiri.
Malam ini, ia baru mulai memahaminya. Malam ini, ia menatap wajah istrinya lekat-lekat. Semakin lama dipandangi wajah istrinya, semakin membuncah perasaan di dadanya. Wajah polos istrinya saat tidur benar-benar membuatnya terkesima. Raut muka tanpa polesan, tanpa ekspresi, tanpa kepura-puraan, tanpa dibuat-buat. Pancaran tulus dari kalbu. Memandanginya menyeruakkan berbagai macam perasaan. Ada rasa sayang, cinta, kasihan, haru, penuh harap dan entah perasaan apa lagi yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.
Dalam batin, dia bergumam, “Wahai istriku, engkau dulu seorang gadis yang leluasa beraktifitas, banyak hal yang bisa kau perbuat dengan kemampuanmu. Aku yang menjadikanmu seorang istri. Menambahkan kewajiban yang tidak sedikit. Memberikanmu banyak batasan, mengaturmu dengan banyak aturan. Dan aku pula yang menjadikanmu seorang ibu. Menimpakan tanggung jawab yang tidak ringan. Mengambil hampir semua waktumu untuk aku dan anak-anakku.
“Wahai istriku, engkau yang dulu bisa melenggang kemanapun tanpa beban, aku yang memberikan beban di tanganmu, dipundakmu, untuk mengurus keperluanku, guna merawat anak-anakku, juga memelihara rumahku. Kau relakan waktu dan tenagamu melayaniku dan menyiapkan keperluanku. Kau ikhlaskan rahimmu untuk mengandung anak-anakku, kau tanggalkan segala atributmu untuk menjadi pengasuh anak-anakku, kau buang egomu untuk menaatiku, kau campakkan perasaanmu untuk mematuhiku.
“Wahai istriku, dikala susah, kau setia mendampingiku. Ketika sulit, kau tegar di sampingku. Saat sedih, kau pelipur laraku. Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku. Bila gundah, kau penyejuk hatiku. Kala bimbang, kau penguat tekadku. Jika lupa, kau yang mengingatkanku. Ketika salah, kau yang menasehatiku.
“Wahai istriku, telah sekian lama engkau mendampingiku, kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai laki-laki. Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu? Dengan alasan apa aku perlu marah padamu? Andai kau punya kesalahan atau kekurangan, semuanya itu tidak cukup bagiku untuk membuatmu menitikkan airmata. Akulah yang harus membimbingmu. Aku adalah imammu, jika kau melakukan kesalahan, akulah yang harus dipersalahkan karena tidak mampu mengarahkanmu. Jika ada kekurangan pada dirimu, itu bukanlah hal yang perlu dijadikan masalah. Karena kau insan, bukan malaikat.
“Maafkan aku istriku, kaupun akan kumaafkan jika punya kesalahan. Mari kita bersama-sama untuk membawa bahtera rumahtangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan keridhoan Allah swt. Segala puji hanya untuk Allah swt yang telah memberikanmu sebagai jodohku.”
Tanpa terasa airmata Amin menetes deras di kedua pipinya. Dadanya terasa sesak menahan isak tangis. Segera ia berbaring di sisi istrinya pelan-pelan. Tak lama kemudian iapun terlelap.
Jam dinding di ruang tengah berdentang dua kali. Aminah, istri Amin, terperanjat kaget.
“Astaghfirullaah, sudah jam dua?” Dilihatnya sang suami telah pulas di sampingnya.
Pelan-pelan ia duduk, sambil memandangi wajah sang suami yang tampak kelelahan.
“Kasihan suamiku, aku tidak tahu kedatangannya. Hari ini aku benar-benar capek, sampai-sampai nggak mendengar apa-apa. Sudah makan apa belum ya dia?” gumamnya dalam hati. Mau dibangunkan nggak tega, akhirnya cuma dipandangi saja. Semakin lama dipandang, semakin terasa getar di dadanya. Perasaan yang campur aduk, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya hatinya yang bicara.
“Wahai suamiku, aku telah memilihmu untuk menjadi imamku. Aku telah yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku. Begitu besar harapan kusandarkan padamu. Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu.
“Wahai suamiku, ketika aku sendiri kau datang menghampiriku. Saat aku lemah, kau ulurkan tanganmu menuntunku. Dalam duka, kau sediakan dadamu untuk merengkuhku. Dengan segala kemampuanmu, kau selalu ingin melindungiku.
“Wahai suamiku, tidak kenal lelah kau berusaha membahagiakanku. Tidak kenal waktu kau tuntaskan tugasmu. Sulit dan beratnya mencari nafkah yang halal tidak menyurutkan langkahmu. Bahkan sering kau lupa memperhatikan dirimu sendiri, demi aku dan anak-anak.
“Lalu, atas dasar apa aku tidak berterimakasih padamu, dengan alasan apa aku tidak berbakti padamu? Seberapapun materi yang kau berikan, itu hasil perjuanganmu, buah dari jihadmu. Jika kau belum sepandai da’i dalam menasehatiku, tapi kesungguhanmu beramal shaleh membanggakanku. Tekadmu untuk mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Allah membahagiakanku.
“Maafkan aku wahai suamiku, akupun akan memaafkan kesalahanmu. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah mengirimmu menjadi imamku. Aku akan taat padamu untuk mentaati Allah swt. Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridho-Nya..”