Rabu, 12 Oktober 2016

Perempuan Mana Sih yang Mau Diajak Susah?

Suami : Sayang, maafin aku ya!!
Istri : maaf kenapa maas..??
Suami : iya, dari awal kita Menikah sampai saat ini belum bisa memberikan yang terbaik buat kamu,bahkan untuk makan sehari-hari dan biaya untuk anak2 sekolah pun sangat pas2an skali..
Maafkan mas ya,Aku harap kamu mau bersabar atas keadaanku yang skarang ini..
Istri : Masya'Allah, bagiku tidak masalah maas..
Melihat kamu gigih dalam bekerja walaupun pekerjaanmu hanya biasa2 saja, kemudian engkau pulang dengan selamat dengan keringat hasil kerja keras yang Halal , itu sudah sangat Istimewa buat aku..
Apalagi kesabaranmu selama ini menghadapi bawel2an aku,anak2 yang suka nakal itu udah membuat rumah tangga kita sudah seperti layaknya di syurga..
Tidak mengapa kita kekurangan harta, selama kita tidak miskin Iman dan kebahagiaan aku bersyukur maas..
Suami : SubhanaAllah..
Sungguh Alhamdulillah aku bisa mendapatkan seorang istri sepertimu..
.
Semoga Allah senantiasa memberkahimu dalam setiap keadaan wahai Istriku.. [terharu bahagia]
Ya Allah,,,Ya Rabb,,,, Anugerahkan Lah Pasangan Yang Baik , Sholeh /Sholeha Untuk Ku 
Jadikan lah Keluarga Kami Sakinah Mawadah Warrahma.
Aamiin,,,,

Di Atas Hanyalah Sebuah Ilustrasi, keinginan sang suami semata coba simak percakapan berikut ........

Lelaki pertama bertanya ke lelaki kedua, kenapa sampai sekarang betah melajang, sementara umur sudah 35 thn.

Lelaki kedua menjawab santai, “Belum ketemu yang cocok. Jaman sekarang perempuan banyak maunya. Gak ada yang mau diajak susah. Gue maunya sih nyari istri, gak mau pacar2an, tapi ya itu dia, gue mau istri yang bisa mengurus rumah tangga, beres2 rumah, masak, dsb. Susah bro nyari perempuan yang begitu sekarang2 ini.”


Dan jawaban dari lelaki pertama membuat saya nyesss…

Lelaki pertama membalas, “Bro. Sekedar masukan aja buat kita para lelaki nih, gue dulu juga maunya begitu. Dapet bini yang bisa ngurusin gue dan anak2. Pengennya dapat istri yang mau diajak susah. Tapi makin ke sini gue mikir lagi bro.

Perempuan mana sih yang mau diajak susah? Elo aja deh bro, kalau elo ada di posisi perempuan, ada yang mau ngelamar elo nih, tapi syaratnya elo mau 
diajak susah. Gue yakin elo gak bakal terima lamarannya kan? Mendingan sama laki2 lain yang bisa menjamin masa depannya. Gak susah2an.

Lajang Cobalah Berpikir, Perempuan Mana Sih Yang Mau Diajak Susah?"  
Kita laki2 juga kadang egois banget. Istri harus bisa masak, nyuci, nyetrika, beres2 rumah, dsb dsb. Karena kita anggap itu tugas istri. Sekarang kalo dibalikin nih, kita bisa gak benerin genteng bocor, atau bikin pagar di halaman, atau apalah itu pekerjaan cowok lainnya. Elo bisa bro? Kalo gue ngaku aja sih, gue gak bisa.. Hahaha.. Padahal itu seharusnya tugas suami kan?

Berhubung kita gak bisa, trus kita sisihkan uang lebih untuk bayar orang lain yang bisa kerjakan semuanya. Gak adil banget kita ya bro.. Istri kita suruh kerjain apa2 yang kita pikir itu tugasnya, sementara kita bayar orang utk kerjain tugas2 kita..

Harusnya jangan bebankan tugas itu ke istri. Kita harus kerja keras supaya bisa bayar asisten rumah tangga yang bisa kerjain itu semua.

Istri adalah ratu. Dia yang mengandung anak kita. Yang ikhlas selama 9 bulan kemana2 bawa anak kita yang masih di dalam perut.

Yang rela bentuk badannya jadi tidak seindah dulu karena proses hamil dan melahirkan. Rela menyusui, rela mencurahkan kasih sayang untuk anak2 kita.

Dan tau gak bro? Ini hal yang paling parah. Istri juga rela ikut kerja cari nafkah lhoo kalau kita gak mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Dia kerja buat bantuin kewajiban kita bro. Supaya masa depan anak kita terjamin.

Jadi gimana bro?
Masih mau cari perempuan yang mau diajak susah?
Mendingan elo susah sendiri aja bro.. Jangan bawa2 anak orang. Kasian..”

Saya: *meleleh*

Kisah Uang 150 Juta


SEBELUM pulang kantor, seorang suami menelpon istrinya, “Sayang, alhamdulillah, bonus akhir tahun dari perusahaan sudah turun, Rp. 150 juta.”
Di ujung telpon, sang istri tentu saja mengungkapkan rasa syukurnya, “Alhamdulillah, semoga barokah ya, Mas.”
Sejak beberapa bulan yang lalu mereka sudah merencanakan membeli mobil sederhana untuk keluarga kecilnya. Dan uang yang turun itu, mereka rasa cukup pas sesuai budget.
Namun dalam perjalanan pulang, sang suami ditelefon oleh ibunya di kampong. “Nak, kamu ada tabungan? Tadi ada orang datang ke rumah. Ternyata almarhum ayahmu punya hutang ke dia cukup besar, Rp. 50 juta.”
Tanpa pikir panjang, sang suami bilang ke ibunya, “Iya, Bu, insyaAllah ada.”
Dalam perjalanan pulang ia pun sambil berpikir, “Nggak apa-apalah, masih cukup untuk beli mobil yang 100 jutaan. Mungkin ini lebih baik.”
Ia pun melanjutkan perjalanan. Belum tiba di rumah, HP-nya kembali berdering. Seorang sahabat karibnya semasa SMA tiba-tiba menghubunginya sambil menangis. Sahabatnya itu sambil terbata mengabarkan bahwa anaknya harus segera operasi minggu ini. Banyak biaya yang tidak bisa dikover oleh asuransi kesehatan dari pemerintah. Tagihan dari rumah sakit Rp. 80 juta.
Ia pun berpikir sejenak. Uang bonusnya tinggal 100 juta. Jika ini diberikan kepada sahabatnya, maka tahun ini ia gagal membeli mobil impiannya. Tapi nuraninya mengetuk, “Berikan padanya. Mungkin kamu memang jalan Allah untuk menolong sahabatmu itu. Mungkin ini memang rezekinya yang datang melalui perantara dirimu.”
Ia pun menuruti panggilan nuraninya.
Setibanya di rumah, ia menemui istrinya dengan wajah yang lesu.
Sang istri bertanya, “Kenapa, Mas? Ada masalah? Nggak seperti biasanya pulang kantor murung gini?”
Sang suami mengambil napas panjang, “Tadi ibu di kampung telefon, butuh 50 juta untuk bayar utang almarhum bapak. Nggak lama, sahabat Mas juga telefon, butuh 80 juta untuk operasi anaknya. Uang kita tinggal 20 juta. Maaf ya, tahun ini kita nggak jadi beli mobil dulu.”
Sang istri pun tersenyum, “Aduh, mas, kirain ada masalah apaan. Mas, uang kita yang sebenarnya bukan yang 20 juta itu, tapi yang 130 juta. Uang yang kita infakkan kepada orang tua kita, kepada sahabat kita, itulah harta kita yang sesungguhnya. Yang akan kita bawa menghadap Allah, yang tidak mungkin bisa hilang jika kita ikhlas. Sedangkan yang 20 juta di rekening itu, masih belum jelas, benaran harta kita atau akan menjadi milik orang lain.”
Sang istri pun memegang tangan suaminya, “Mas, insyaAllah ini yang terbaik. Bisa jadi jika kita beli mobil saat ini, justru menjadi keburukan bagi kita. Bisa jadi musibah besar justru datang ketika mobil itu hadir saat ini. Maka mari baik sangka kepada Allah, karena kita hanya tahu yang kita inginkan, sementara Allah-lah yang lebih tahu apa yang kita butuhkan.”
Artikel ini beredar viral di media sosial dan blog. Kami kesulitan menyertakan sumber pertama.